Laporan Revitalisasi Cerita Rakyat SULTRA

Tugas Kelompok:
               
LAPORAN KEGIATAN
“Revitalisasi Cerita Rakyat La Sirimbone”

OLEH:
KELOMPOK 7:

SUSI WULANDARI                                    N1E1 16 002
SYARWAN SYAH PUTRA                       N1E1 16 052
ARIYANI                                          N1E1 16 078 
AINUR MARDINA                         N1E1 16 012 




JURUSAN TRADISI LISAN
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Cerita rakyat atau dongeng biasanya diceritakan oleh orang tua atau pencerita untuk membuat anak terlelap yang diceritakan pada saat anak hendak tidur. Dongeng pengantar tidur tidak terbatas pada salah satu jenis dongeng yang kita kenal.
Masyarakat Sulawesi Tenggara biasanya orang tua mendongeng untuk anak-anaknya ketika hendak ditidurkan. Pada saat itulah nilai-nilai atau muatan moral, agama, budaya, serta unsur-unsur pendidikan dalam cerita rakyat dapat diserap oleh anak. Nilai-nilai itu melekat pada diri anak karena nilai-nilai tersebut terbawa tidur. Ketika ia bangun dari tidur maka yang pertama teringat dan terbayangan oleh anak adalah cerita-cerita yang disampaikan oleh orang tuanya. Nilai-nilai itu cenderung membentuk pola pikir dan perilaku serta pertumbuhan kepribadian sang anak. Nilai-nilai mempengaruhi kehidupan sehari-hari sang anak baik dalam bergaul, bertutur kata, dan bertindak. Wujud pergaulan terlihat ketika sang anak bermain kepada usia sebayanya, orang tua maupun kerabat-kerabat terdekatnya. Wujud tutur ketika terlihat sang anak berbahasa dengan orang-orang di sekitar, sedangkan wujud perilaku terlihat sang anak dapat menempatkan diri dalam pergaulan. Kegiatan mendongeng tersebut dikenal juga dengan istilah sastra lisan.
Secara spesifik dikalangan masyarakat Sulawesi Tenggara banyak memiliki keanekaragaman sastra daerah yang kini hampir punah. Cerita rakyat adalah beberapa bagian dari tradisi lisan yang hidup dalam masyarakat Sulawesi Tenggara. Sebagai hasil budaya, cerita rakyat tersebut memiliki fungsi sebagai pengungkapan alam pikiran, sikap dan nilai-nilai kehidupan yang sangat bermanfaat bagi masyarakat setempat. Lebih dari itu, kenyataan dalam masyarakat bahwa nilai dan tradisi yang terdapat dalam tradisi lisan yang hidup di sana mulai ditinggalkan. Sepeti halnya Cerita Rakyat La Sirimbone yang memiliki nilai pendidikan Keberanian, Sopan santun dan tolong menolong.
1.2 Rumusan Masalah
1.      Apa yang di maksud dengan cerita rakyat?
2.      Apa pentingnya cerita rakyat bagi anak-anak?
3.      Bagaimana cara melestarikan cerita rakyat
1.3 Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui pengertian cerita rakyat?
2.      Untuk mengetahui pentingnya cerita rakyat bagi anak-anak?
3.      Untuk mengetahui cara melestarikan cerita rakyat













BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Cerita Rakyat
Menurut Danandjaja (Uniarwati dkk, 2009: 14) dongeng adalah cerita prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi. Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan, walaupun banyak juga yang melukiskan kebenaran, berisikan pelajaran (moral), atau bahkan sindiran.Dongeng sering dianggap sebagai cerita mengenai peri. Dalam kenyataan dongeng yang tidak mengenai peri, tetapi mengenai sesuatu yang wajar.Di dalam pembicaraan sehari-hari dalam bahasa inggris dongeng disebut folklore Sutjipto (Zulfahnur 1997: 43). Dongeng merupakan suatu cerita fantasi yang kejadiankejadiannya tidak benar-benar terjadi. 
Yang dimaksud dengan kategori cerita-cerita dongeng adalah cerita-cerita yang dituturkan oleh rakyat.Cerita-cerita ini berupa cerita jenaka, cerita pelipurlara, cerita binatang (Fable) dan sebagainya.Cerita ini disamping berfungsi untuk menghibur juga berfungsi mendidik.Cerita ini dipercaya oleh masyarakat misalnya tentang binatang yang dapat bercakap.Orang percaya pada zaman dahulu binatang dapat bercakap-cakap seperti halnya manusia Hutomo (Uniawati dkk, 2009: 14). 
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa cerita rakyat adalah cerita rakyat yang hidup dan berkembang di tengah-tengah masyarakat, dari mulut kemulut dan pada dasarnya disampaikan oleh seseorang pada orang lain melalui penuturan lisan maupun tulisan. Isi certa rakyat pun sebenarnya bukannya tanpa unsur kebenaran dalam arti hal-hal yang dikisahkan itu berangkat dari tokoh dan peristiwa yang benar-benar ada dan terjadi.Dilihat dari segi penokohan, tokoh-tokoh dongenpada umumnya terdiri ata dua macam, yaitu tokoh berkarakter baik dan buruk. Hal itu adalah yang lumrah untuk cerita lama yang mempunyai misi untukmemberikan pelajaran moral.Selain itu dilihat dari unsur karakter tersebut, tokoh-tokoh dongeng umumnya berkarakter sederhana.  Dongengpengantar tidur adalah dongeng-dongeng yang disampaikan oleh orang tua pada anak ketika sang anak hendak ditidurkan. Pada saat inilah nilai-nilai atau muatan moral dongeng dapat diserap oleh anak.Muatanmotal itu melekat pada diri anak karena muatan moral tersebut dibawah tidur.Ketikaiya bangun tidur maka yang pertama teringat dan terbayangkan oleh anak adalah ceritacerita yang disampaikan oleh orang tuanya. Muatan moral itu cenderung membentuk pola pikir dan perilaku serta pertumbuhan kepribadian sang anak, pada umumnya masyarakat Sulawesi Tenggara dan pada khususnya masyarakat muna ketika orang tua hendak menidurkan anaknya, sebelum itu orang tuah menyiapkan diri ditempat tidur untuk mendongeng lalu mengajak anaknya untuk mendengarkan cerita yang disampaikan. Hal ini sering dilakukan kakek atau ayah
Ciri-ciri cerita rakyat antara lain sebagai berikut (dalam Rahmawati, 2012: 20): a) isi cipta sastrayang bersifatfantastis, istana sentries, dan didaktis. Isi yang fantastismengambarkan bahwa masyrakat pada waktu itu sangat diwarnai oleh kepercayaan animisme dan dinamisme. Isi yang istana sentries, maksudnya ceritanya berkisar pada pengisahan istana tentang keluarga raja yang sangat baik. Adapun sifat didaktisnya tampil karena ceritanya berusaha menggurui dan menanamkan nilai-nilai pendidikan pada penikmatnya; b) Bahasanya banyak menggunakan bahasa klise sebagai variasinya. Sering pula setiap cerita diawali dengan kata-kata seperti, konon, khabarnya, pada zaman dahulu kala dan lain-lain.  c) Nama-nama pengarang sering tidak disebutkan, sehingga hasil sastranya kebanyakan anonim. Hal ini terjadi karena masyarakat lama cenderung bersifat kolektif, tidak muncul secara individual. Apabila ia berani tampil secara individual akan dinilai sebagai orang yang tak tahu adat, Badudu (dalam Rahmawati, 2012: 21). (Jurnal Humanika No. 15, Vol. 3, Desember 2015 / ISSN 1979-8296 ).



2.2 Pentingnya cerita rakyat bagi anak-anak
            Menurut informan (Hikmatul izza) pentingnya cerita rakyat  “untuk menjaga kelestarian budaya yang kita miliki supaya kedepannya orang-orang yang ada di Sulawesi Tenggara bahwa ada cerita rakyat dan bisa diceritakan kembali sama anak-anak, cucu-cucu kita, dimasa yang akan datang”.
            Dari hasil wawancara di atas disimpulkan bahwa pentingnya cerita rakyat bagi anak-anak  adalah untuk menjaga kelestarian budaya agar kedepannya tidak punah dan tetap diwariskan secara turun temurun.
3.3 Cara melestarikan cerita rakyat
            Sebelum ke Lokasi terlebih dahulu kami mengadakan wawancara dengan Informan di Telkom Kendari.
            Cara melestarikan cerita rakyat La Sirimbone sebagai berikut:
1.      Mengadakan Kelas Mendongeng, dengan cara memberikan pemahaman cerita rakyat, memperkenalkan cerita masa kini maupun masa lampau sehingga menambah pengetahuan dan wawasan anak-anak khususnya siswa SDN 2 Moramo Utara. Kemudian kami mulai mendongeng dan menjelaskan nilai-nilai yang terkandung dalam cerita La Sirimbone yakni; a) Nilai Pendidikan Keberanian yang terdapat pada kutipan La Sirimbone menceritakan asal-usulnya kepada  seorang raksasa perempuan; b) Nilai Pendidikan Sopan santun yang terdapat pada kutipan La Sirimbone berbicara dengan Jin, Babi dan seorang Nelayan yang masing-masing memberikan benda Pusaka; c) Nilai Pendidikan Tolong Menolong yang terdapat pada kutipan La Sirimbone menolong seorang gadis yang hendak di mangsa oleh seekor naga.
Setelah perkenalan sekilas cerita rakyat, kami mengadakan kuis kepada siswa yang bisa menceritakan kembali Cerita La Sirimbone mendapatkan hadiah Buku Cerita La Sirimbone. Responden peserta sangat antusias sehingga adanya perubahan dimana anak-anak yang tidak tahu tentang cerita rakyat (La Sirimbone) menjadi tahu dan tertarik.
2.      Pembuatan buku cerita La Sirimbone, disertai dengan gambar sesuai alur cerita agar anak-anak yang membaca tidak merasa bosan maupun jenuh. Tujuan dari pembuatan buku ini untuk memperkenalkan kembali Cerita La Sirimbone dan agar tetap terlestarikan.

















BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kemunculan cerita rakyat sebagai bagian dari dongeng, selain berfungsi untuk memberikan hiburan juga sebagai sarana untuk mewariskan nilai-nilai yang diyakini kebenaranya oleh masyarakat. Cerita rakyat “La Sirimbone”  merupakan warisan leluhur yang disampaikan secara turun temurun dari suatu generasi kegenerasi berikutnya, namun pada saat ini cerita rakyat tersebut belum diketahui oleh anak-anak. Berdasarkan hasil observasi, dapat menyimpulkan bahwa cerita rakyat (dongeng) yang ada pada masyarakat Sulawesi Tenggara sudah mulai terlupakan. Maka dari itu lewat observasi ini mengungkapkan nilai-nilai pendidikan dalam kehidupan sehari-hari yang dikutip dari buku “Cerita Rakyat La Sirimbone”. Adapun nilai-nilai pendidikan dalam cerita rakyat tersebut adalah sebagai berikut: a) Nilai Pendidikan Keberanian yang terdapat pada kutipan La Sirimbone menceritakan asal-usulnya kepada  seorang raksasa perempuan; b) Nilai Pendidikan Sopan santun yang terdapat pada kutipan La Sirimbone berbicara dengan Jin, Babi dan seorang Nelayan yang masing-masing memberikan benda Pusaka; c) Nilai Pendidikan Tolong Menolong yang terdapat pada kutipan La Sirimbone menolong seorang gadis yang hendak di mangsa oleh seekor naga.
3.2 Saran
Berdasarkan uraian di atas maka diajukan beberapa saran sebagai berikut:
Cerita rakyat dari Sulawesi Tenggara “La Sirimbone” perlu mendapat perhatian agar di lestarikan dan diketahui oleh generasi selanjutnya.

                                                                   

DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Humanika No. 15, Vol. 3, Desember 2015 / ISSN 1979-8296
Uniawati, dkk. 2009. Materi Dongeng Pada Pelajaran Bahasa Indonesia di SD 1 Sonai, Unaaha. Kantor Bahasa Profinsi Sulawesi Tenggara: Depdiknas.
Zulfahnur. 1996. Teori Sastra. Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
























DAFTAR INFORMAN

Hikmatul Izza














Tugas Kelompok:
               
LAPORAN KEGIATAN
“Revitalisasi Cerita Rakyat La Sirimbone”

OLEH:
KELOMPOK 7:

SUSI WULANDARI                                    N1E1 16 002
SYARWAN SYAH PUTRA                       N1E1 16 052
ARIYANI                                          N1E1 16 078 
AINUR MARDINA                         N1E1 16 012 




JURUSAN TRADISI LISAN
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Cerita rakyat atau dongeng biasanya diceritakan oleh orang tua atau pencerita untuk membuat anak terlelap yang diceritakan pada saat anak hendak tidur. Dongeng pengantar tidur tidak terbatas pada salah satu jenis dongeng yang kita kenal.
Masyarakat Sulawesi Tenggara biasanya orang tua mendongeng untuk anak-anaknya ketika hendak ditidurkan. Pada saat itulah nilai-nilai atau muatan moral, agama, budaya, serta unsur-unsur pendidikan dalam cerita rakyat dapat diserap oleh anak. Nilai-nilai itu melekat pada diri anak karena nilai-nilai tersebut terbawa tidur. Ketika ia bangun dari tidur maka yang pertama teringat dan terbayangan oleh anak adalah cerita-cerita yang disampaikan oleh orang tuanya. Nilai-nilai itu cenderung membentuk pola pikir dan perilaku serta pertumbuhan kepribadian sang anak. Nilai-nilai mempengaruhi kehidupan sehari-hari sang anak baik dalam bergaul, bertutur kata, dan bertindak. Wujud pergaulan terlihat ketika sang anak bermain kepada usia sebayanya, orang tua maupun kerabat-kerabat terdekatnya. Wujud tutur ketika terlihat sang anak berbahasa dengan orang-orang di sekitar, sedangkan wujud perilaku terlihat sang anak dapat menempatkan diri dalam pergaulan. Kegiatan mendongeng tersebut dikenal juga dengan istilah sastra lisan.
Secara spesifik dikalangan masyarakat Sulawesi Tenggara banyak memiliki keanekaragaman sastra daerah yang kini hampir punah. Cerita rakyat adalah beberapa bagian dari tradisi lisan yang hidup dalam masyarakat Sulawesi Tenggara. Sebagai hasil budaya, cerita rakyat tersebut memiliki fungsi sebagai pengungkapan alam pikiran, sikap dan nilai-nilai kehidupan yang sangat bermanfaat bagi masyarakat setempat. Lebih dari itu, kenyataan dalam masyarakat bahwa nilai dan tradisi yang terdapat dalam tradisi lisan yang hidup di sana mulai ditinggalkan. Sepeti halnya Cerita Rakyat La Sirimbone yang memiliki nilai pendidikan Keberanian, Sopan santun dan tolong menolong.
1.2 Rumusan Masalah
1.      Apa yang di maksud dengan cerita rakyat?
2.      Apa pentingnya cerita rakyat bagi anak-anak?
3.      Bagaimana cara melestarikan cerita rakyat
1.3 Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui pengertian cerita rakyat?
2.      Untuk mengetahui pentingnya cerita rakyat bagi anak-anak?
3.      Untuk mengetahui cara melestarikan cerita rakyat













BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Cerita Rakyat
Menurut Danandjaja (Uniarwati dkk, 2009: 14) dongeng adalah cerita prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi. Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan, walaupun banyak juga yang melukiskan kebenaran, berisikan pelajaran (moral), atau bahkan sindiran.Dongeng sering dianggap sebagai cerita mengenai peri. Dalam kenyataan dongeng yang tidak mengenai peri, tetapi mengenai sesuatu yang wajar.Di dalam pembicaraan sehari-hari dalam bahasa inggris dongeng disebut folklore Sutjipto (Zulfahnur 1997: 43). Dongeng merupakan suatu cerita fantasi yang kejadiankejadiannya tidak benar-benar terjadi. 
Yang dimaksud dengan kategori cerita-cerita dongeng adalah cerita-cerita yang dituturkan oleh rakyat.Cerita-cerita ini berupa cerita jenaka, cerita pelipurlara, cerita binatang (Fable) dan sebagainya.Cerita ini disamping berfungsi untuk menghibur juga berfungsi mendidik.Cerita ini dipercaya oleh masyarakat misalnya tentang binatang yang dapat bercakap.Orang percaya pada zaman dahulu binatang dapat bercakap-cakap seperti halnya manusia Hutomo (Uniawati dkk, 2009: 14). 
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa cerita rakyat adalah cerita rakyat yang hidup dan berkembang di tengah-tengah masyarakat, dari mulut kemulut dan pada dasarnya disampaikan oleh seseorang pada orang lain melalui penuturan lisan maupun tulisan. Isi certa rakyat pun sebenarnya bukannya tanpa unsur kebenaran dalam arti hal-hal yang dikisahkan itu berangkat dari tokoh dan peristiwa yang benar-benar ada dan terjadi.Dilihat dari segi penokohan, tokoh-tokoh dongenpada umumnya terdiri ata dua macam, yaitu tokoh berkarakter baik dan buruk. Hal itu adalah yang lumrah untuk cerita lama yang mempunyai misi untukmemberikan pelajaran moral.Selain itu dilihat dari unsur karakter tersebut, tokoh-tokoh dongeng umumnya berkarakter sederhana.  Dongengpengantar tidur adalah dongeng-dongeng yang disampaikan oleh orang tua pada anak ketika sang anak hendak ditidurkan. Pada saat inilah nilai-nilai atau muatan moral dongeng dapat diserap oleh anak.Muatanmotal itu melekat pada diri anak karena muatan moral tersebut dibawah tidur.Ketikaiya bangun tidur maka yang pertama teringat dan terbayangkan oleh anak adalah ceritacerita yang disampaikan oleh orang tuanya. Muatan moral itu cenderung membentuk pola pikir dan perilaku serta pertumbuhan kepribadian sang anak, pada umumnya masyarakat Sulawesi Tenggara dan pada khususnya masyarakat muna ketika orang tua hendak menidurkan anaknya, sebelum itu orang tuah menyiapkan diri ditempat tidur untuk mendongeng lalu mengajak anaknya untuk mendengarkan cerita yang disampaikan. Hal ini sering dilakukan kakek atau ayah
Ciri-ciri cerita rakyat antara lain sebagai berikut (dalam Rahmawati, 2012: 20): a) isi cipta sastrayang bersifatfantastis, istana sentries, dan didaktis. Isi yang fantastismengambarkan bahwa masyrakat pada waktu itu sangat diwarnai oleh kepercayaan animisme dan dinamisme. Isi yang istana sentries, maksudnya ceritanya berkisar pada pengisahan istana tentang keluarga raja yang sangat baik. Adapun sifat didaktisnya tampil karena ceritanya berusaha menggurui dan menanamkan nilai-nilai pendidikan pada penikmatnya; b) Bahasanya banyak menggunakan bahasa klise sebagai variasinya. Sering pula setiap cerita diawali dengan kata-kata seperti, konon, khabarnya, pada zaman dahulu kala dan lain-lain.  c) Nama-nama pengarang sering tidak disebutkan, sehingga hasil sastranya kebanyakan anonim. Hal ini terjadi karena masyarakat lama cenderung bersifat kolektif, tidak muncul secara individual. Apabila ia berani tampil secara individual akan dinilai sebagai orang yang tak tahu adat, Badudu (dalam Rahmawati, 2012: 21). (Jurnal Humanika No. 15, Vol. 3, Desember 2015 / ISSN 1979-8296 ).



2.2 Pentingnya cerita rakyat bagi anak-anak
            Menurut informan (Hikmatul izza) pentingnya cerita rakyat  “untuk menjaga kelestarian budaya yang kita miliki supaya kedepannya orang-orang yang ada di Sulawesi Tenggara bahwa ada cerita rakyat dan bisa diceritakan kembali sama anak-anak, cucu-cucu kita, dimasa yang akan datang”.
            Dari hasil wawancara di atas disimpulkan bahwa pentingnya cerita rakyat bagi anak-anak  adalah untuk menjaga kelestarian budaya agar kedepannya tidak punah dan tetap diwariskan secara turun temurun.
3.3 Cara melestarikan cerita rakyat
            Sebelum ke Lokasi terlebih dahulu kami mengadakan wawancara dengan Informan di Telkom Kendari.
            Cara melestarikan cerita rakyat La Sirimbone sebagai berikut:
1.      Mengadakan Kelas Mendongeng, dengan cara memberikan pemahaman cerita rakyat, memperkenalkan cerita masa kini maupun masa lampau sehingga menambah pengetahuan dan wawasan anak-anak khususnya siswa SDN 2 Moramo Utara. Kemudian kami mulai mendongeng dan menjelaskan nilai-nilai yang terkandung dalam cerita La Sirimbone yakni; a) Nilai Pendidikan Keberanian yang terdapat pada kutipan La Sirimbone menceritakan asal-usulnya kepada  seorang raksasa perempuan; b) Nilai Pendidikan Sopan santun yang terdapat pada kutipan La Sirimbone berbicara dengan Jin, Babi dan seorang Nelayan yang masing-masing memberikan benda Pusaka; c) Nilai Pendidikan Tolong Menolong yang terdapat pada kutipan La Sirimbone menolong seorang gadis yang hendak di mangsa oleh seekor naga.
Setelah perkenalan sekilas cerita rakyat, kami mengadakan kuis kepada siswa yang bisa menceritakan kembali Cerita La Sirimbone mendapatkan hadiah Buku Cerita La Sirimbone. Responden peserta sangat antusias sehingga adanya perubahan dimana anak-anak yang tidak tahu tentang cerita rakyat (La Sirimbone) menjadi tahu dan tertarik.
2.      Pembuatan buku cerita La Sirimbone, disertai dengan gambar sesuai alur cerita agar anak-anak yang membaca tidak merasa bosan maupun jenuh. Tujuan dari pembuatan buku ini untuk memperkenalkan kembali Cerita La Sirimbone dan agar tetap terlestarikan.

















BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kemunculan cerita rakyat sebagai bagian dari dongeng, selain berfungsi untuk memberikan hiburan juga sebagai sarana untuk mewariskan nilai-nilai yang diyakini kebenaranya oleh masyarakat. Cerita rakyat “La Sirimbone”  merupakan warisan leluhur yang disampaikan secara turun temurun dari suatu generasi kegenerasi berikutnya, namun pada saat ini cerita rakyat tersebut belum diketahui oleh anak-anak. Berdasarkan hasil observasi, dapat menyimpulkan bahwa cerita rakyat (dongeng) yang ada pada masyarakat Sulawesi Tenggara sudah mulai terlupakan. Maka dari itu lewat observasi ini mengungkapkan nilai-nilai pendidikan dalam kehidupan sehari-hari yang dikutip dari buku “Cerita Rakyat La Sirimbone”. Adapun nilai-nilai pendidikan dalam cerita rakyat tersebut adalah sebagai berikut: a) Nilai Pendidikan Keberanian yang terdapat pada kutipan La Sirimbone menceritakan asal-usulnya kepada  seorang raksasa perempuan; b) Nilai Pendidikan Sopan santun yang terdapat pada kutipan La Sirimbone berbicara dengan Jin, Babi dan seorang Nelayan yang masing-masing memberikan benda Pusaka; c) Nilai Pendidikan Tolong Menolong yang terdapat pada kutipan La Sirimbone menolong seorang gadis yang hendak di mangsa oleh seekor naga.
3.2 Saran
Berdasarkan uraian di atas maka diajukan beberapa saran sebagai berikut:
Cerita rakyat dari Sulawesi Tenggara “La Sirimbone” perlu mendapat perhatian agar di lestarikan dan diketahui oleh generasi selanjutnya.

                                                                   

DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Humanika No. 15, Vol. 3, Desember 2015 / ISSN 1979-8296
Uniawati, dkk. 2009. Materi Dongeng Pada Pelajaran Bahasa Indonesia di SD 1 Sonai, Unaaha. Kantor Bahasa Profinsi Sulawesi Tenggara: Depdiknas.
Zulfahnur. 1996. Teori Sastra. Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
























DAFTAR INFORMAN

Hikmatul Izza













































Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Cerita Rakyat Buton

bahasa daerah culambacu